PARAPSIKOLOGI
∞ I ∞
Menjelang tengah malam terdengar
langkah kaki. Langkah itu semakin cepat dan begitu gelisah. Menuju sebuah
pintu, salah satu kamar di apartemen megah. Pintu terbuka, lampu pun menyala menerangi gelapnya
ruangan. "ah sungguh
melelahkan. Kasus hari ini cukup memakan waktu, menguras tenaga.”
Dilemparnya tas itu ke atas ranjang. Ia berjalan menuju dapur mini kamarnya,
membuat secangkir teh agar membuat rasa lelahnya berkurang. Kemudian, duduklah
wanita itu di sebuah sofa hijau sambil memandang ke arah jendela. “ malam yang
sepi. Hanya bertemankan lampu.” Pikirannya melayang jauh sambil sesekali
meminum tehnya. Ia teringat akan pembicaraan beberapa orang yang tak dikenalnya
di kereta. “ parapsikologi, hmm pembicaraan mereka tadi, secara tersirat
menghubungkannya dengan hal gaib yang tak ada dasar ilmiah. Jika memang benar
seperti itu, berarti psikologi bukan ilmu atau bahkan parapsikologi bukan
bagian dari psikologi.. Wah perlu di cari tahu kebenarannya.” Ia beranjak dari
sofa menuju ranjang, mengambil tas laptopnya kemudian kembali ke sofa. Ia
mengetikkan kata kunci dengan harapan mampu mendapatkan gambaran secara jelas
mengenai parapsikologi.
" Istilah parapsikologi itu pada akhir abad ke-19
mula-mula digunakan oleh M. Dessoir. Awalan “para”, yang juga digunakan dalam
ilmu kesehatan seperti istilah paramedis, para-typhus, berarti “di samping”.
Oleh karena itu gejala-gejala paranormal adalah gejala-gejala yang terjadi di
samping gejala-gejala yang normal menurut tinjauan pikiran lumrah (common sense
experience) (Kartoatmodjo, 1985). Dengan demikian maka parapsikologi
menghendaki agar gejala-gejala yang “gaib” pada manusia tersebut diteliti
secara “ilmiah”. Jadi, parapsikologi adalah penelitian yang mempelajari
fakta-fakta tentang fenomena paranormal (Kartoatmodjo, 1985). Kebanyakan
ilmuwan mencoba untuk mengamati fenomena yang tidak dapat dijelaskan. Semua
ilmuwan yang lainnya membawa kita menjauh dari takhyul dan pemikiran gaib,
dimana parapsikologi sudah mencoba untuk menemukan dasar ilmiah untuh hal-hal
seperti kemampuan meramal dan perantara atau medium (Carrol, 2001)."
Ada beberapa hal yang menyebabkan sikap skeptik terhadap parapsikologi.
Pertama. Alasan masyarakat ilmiah bersikap skeptis terhadap fenomena psi,
adalah karena fenomena tersebut tidak memiliki basis hukum-hukum alam yang
diketahui.
“ Jelas saja, tidak satupun hukum
fisika atau kimia yang diketahui yang bisa menerangkan fenomena tersebut. Yah,
dengan kata lain, tidak ada satupun teori yang bisa menjelaskan fenomena psi,
istilah untuk semua jenis fenomena psikis atau kejadian yang terlihat memiliki
hubungan dengan jiwa. Penelitian-penelitian yang ada cenderung berupaya
membuktikan apakah fenomena psi ada atau tidak. Penelitian-penelitian itu belum
mampu menjelaskan proses-proses yang terjadi dalam fenomena psi.” Wanita itu
berkomentar terhadap artikel yang dibacanya sambil sesekali menikmati teh. Dan
matanya kembali tertuju pada laptop
Kedua. Media massa dan publik sering mencampur-adukkan antara parapsikologi dengan keyakinan tidak ilmiah dan peristiwa sensasional. Oleh sebab itu banyak orang jadi menganggap bahwa parapsikologi bukanlah ilmu yang serius.
Kedua. Media massa dan publik sering mencampur-adukkan antara parapsikologi dengan keyakinan tidak ilmiah dan peristiwa sensasional. Oleh sebab itu banyak orang jadi menganggap bahwa parapsikologi bukanlah ilmu yang serius.
Ketiga. Bukti-bukti tentang adanya fenomena psi memiliki signifikansi
secara statistik. Namun, bagi orang yang tidak terlalu paham statistik hal
tersebut sama sekali tidak mengesankan. Misalnya, dari 100 percobaan menebak
kartu, seseorang bisa menebak 70 kartu secara benar. Dari sisi statistik, angka
itu sangat mengesankan karena peluangnya adalah 50:50. Namun, dari kacamata
masyarakat awam statistik, nilai 70 tidak mengesankan. Akan mengesankan jika
dari 100 percobaan, bisa benar seluruhnya.
Keempat. Jika seseorang ingin mempelajari bukti-bukti tentang fenomena psi, referensi tentang teknisnya sangat sedikit. Hanya segelintir jurnal profesional yang memuatnya dan dicetak sangat terbatas.
“ Hal-hal ini memang hal yang
sudah biasa di Indonesia, apalagi jika media sudah turut campur dalam
memberitakan, ada saja tambahan-tambahan yang sebenarnya tak perlu tapi
dilakukan biar lebih laku. Ah dasar komersil sekali.. Yang dituntut adalah
pembuktian yang cepat dan terpercaya sedangkan yang namanya penelitian kan
tidak hanya setahun atau dua tahun. Apalagi dengan adanya keterbatasan
sumber-sumber ilmiah. Yah tetapi dengan membaca artikel ini, setidaknya
parapsikologi tidak statis tapi dinamis dalam perkembangannya.”
Wanita
itu mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Seolah ada yang dia pikirkan. Di
habiskannya teh itu, lalu di matikannya laptop. Waktu sudah menunjukkan pukul
02.00 dini hari. Ia beranjak dari sofa hijau berjalan menuju ranjang. Ia meraih
handphonenya, mengecek agenda hari itu. “ Pukul enam pagi..” gumam wanita itu.
Tak sampai lima menit, ia pun sudah tidur terlelap.
∞∞∞
Onit_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar